Repositori institusi menjadi salah satu kunci penting dalam membangun reputasi akademik universitas di era keterbukaan informasi. Untuk memperkuat perannya, Perpustakaan dan Arsip Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar forum daring bertajuk “Bincang Repositori: Peran Repositori Institusi dalam Meningkatkan Reputasi Akademik Universitas” pada Selasa (14/10/2025).
Kegiatan ini dibuka oleh Arif Surachman, SIP., MBA., Kepala Perpustakaan dan Arsip UGM, serta Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.P., Kepala Perpustakaan USU. Keduanya menekankan pentingnya repositori sebagai wadah strategis dalam memperluas visibilitas karya ilmiah dan mendukung akuntabilitas akademik.

Forum ini menghadirkan dua narasumber, Dewi Nurhastuti, S.Sos. dari UGM dan Akhmad Danil Ritonga, S.Sos. dari USU, yang membahas praktik terbaik pengelolaan repositori digital. Mereka memaparkan strategi pengunggahan karya ilmiah, pengelolaan metadata, serta optimalisasi visibilitas riset di ranah global.

Dalam paparannya, Dewi menjelaskan sistem unggah mandiri karya ilmiah yang telah diterapkan UGM sejak 2012. Sistem ini memungkinkan mahasiswa menyerahkan karya akhir secara digital, sekaligus mendukung kebijakan open access yang memperluas diseminasi hasil riset. “Melalui unggah mandiri, proses pengumpulan karya akhir menjadi lebih efisien, transparan, dan terintegrasi dengan sistem akademik universitas,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kebijakan UGM yang dituangkan dalam Keputusan Rektor No. 2/UN1.P/KPT/Hukor/2022 tentang kewajiban unggah mandiri karya akhir mahasiswa. Setiap berkas yang diunggah diverifikasi oleh pustakawan sebelum masuk ke repositori utama, sehingga kualitas dan akurasi data tetap terjamin.
Dari sisi USU, Akhmad Danil Ritonga menyoroti pentingnya pengembangan metadata dan interoperabilitas antarplatform untuk meningkatkan keterlacakan karya ilmiah. Ia juga menekankan bahwa pengelolaan repositori harus melibatkan kolaborasi lintas divisi, baik di bidang IT, riset, maupun layanan perpustakaan. “Repositori yang kuat tidak bisa dibangun hanya dengan sistem, tetapi juga oleh pustakawan yang menguasai teknologi dan menjunjung etika akademik,” ujarnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan peserta yang aktif bertanya mengenai tantangan teknis dan kebijakan repositori digital. Beberapa isu yang mengemuka antara lain perlindungan hak cipta, keamanan data, dan strategi meningkatkan partisipasi sivitas akademika dalam unggah karya ilmiah.
Kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata dukungan Perpustakaan dan Arsip UGM terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pengelolaan repositori digital yang memperluas akses pengetahuan mencerminkan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), penguatan infrastruktur teknologi informasi sejalan dengan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), sedangkan kerja sama dengan USU mencerminkan semangat SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Forum Bincang Repositori ini menegaskan peran Perpustakaan dan Arsip UGM sebagai pelopor dalam pengembangan manajemen pengetahuan digital di Indonesia. Melalui repositori yang terbuka, terintegrasi, dan berkelanjutan, Perpustakaan dan Arsip UGM berkomitmen mendukung terciptanya ekosistem akademik yang inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan.
Kontributor: Wasilatul Baroroh