Webinar Nasional Forum Pustakawan UGM: Kupas Masa Depan Perpustakaan dan Peran Pustakawan di Era Kecerdasan Buatan

Di tengah era kecerdasan buatan yang mulai mengubah cara manusia mengakses dan mengelola pengetahuan, Forum Pustakawan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Webinar Nasional bertema “The Future of Library: Human, Machine, and Knowledge” pada Rabu (29/10). Acara ini menghadirkan diskusi reflektif tentang masa depan perpustakaan di era sinergi manusia dan mesin, dengan melibatkan ratusan pustakawan, akademisi, dan praktisi informasi dari seluruh Indonesia.

Forum Pustakawan UGM sendiri merupakan wadah kolaborasi dan pengembangan profesional bagi para pustakawan di lingkungan UGM. Forum ini berfungsi sebagai ruang berbagi pengetahuan, pengalaman, serta

inovasi dalam bidang kepustakawanan. Melalui berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan, dan webinar, Forum Pustakawan UGM berupaya memperkuat kapasitas pustakawan sebagai mitra strategis dalam ekosistem akademik dan riset.

Webinar yang berlangsung melalui platform Zoom Meeting ini diikuti oleh 398 peserta dari berbagai institusi di Indonesia. Acara dibuka oleh Ketua Forum Pustakawan UGM, Maniso Mustar, S.I.Pust., yang menegaskan pentingnya perpustakaan untuk tetap menjadi ruang kebijaksanaan di tengah laju otomatisasi digital. “Perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku, tetapi ruang di mana manusia dan mesin harus bekerja bersama untuk masa depan pengetahuan,” ujarnya dalam sambutan pembuka.

Dua narasumber utama, Arif Surachman, S.IP., MBA (Kepala Perpustakaan dan Arsip UGM) dan Luluk Tri Wulandari, S.S., M.Hum. (Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia), menjadi sorotan dalam acara yang dipandu oleh Lilik Kurniawati Uswah, S.E., M.Si.

Arif membawakan materi berjudul “The Future of Academic Libraries: Empowering Knowledge Through Human–Machine Synergy” yang menyoroti pentingnya sinergi antara kecerdasan manusia dan mesin dalam pengelolaan pengetahuan akademik. Ia menegaskan bahwa teknologi tidak dapat menggantikan kebijaksanaan manusia dalam proses pencarian kebenaran ilmiah. “Teknologi akan terus berkembang, tetapi peran pustakawan sebagai penjaga pengetahuan dan nilai etika tidak akan tergantikan,” ungkap Arif.

Sementara itu, Luluk Tri Wulandari melalui paparan bertajuk “The Future of Library: Human, Machine, and Knowledge (Library Perception)” menjelaskan bagaimana Universitas Indonesia mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan ke dalam layanan akademik. Ia menekankan pentingnya kompetensi pustakawan dalam memahami struktur DIKW (Data–Information–Knowledge–Wisdom) untuk mengubah data mentah menjadi kebijaksanaan institusional. “Pustakawan hari ini tidak lagi sekadar mengelola koleksi, tetapi berperan sebagai kurator data, desainer pengalaman pengguna, dan pendidik literasi digital,” jelasnya.

Diskusi berlangsung dinamis dengan banyak pertanyaan dari peserta yang datang dari berbagai institusi. Para peserta antusias mengangkat isu-isu aktual seputar penerapan kecerdasan buatan di perpustakaan, mulai dari kekhawatiran akan hilangnya sentuhan manusia dalam layanan, tantangan menjaga integritas ilmiah di tengah kemudahan akses informasi berbasis mesin, hingga strategi membangun literasi digital yang etis di kalangan civitas akademika. Suasana diskusi menjadi hangat dan reflektif ketika para narasumber menanggapi setiap pertanyaan dengan perspektif yang membumi dan aplikatif, menegaskan bahwa di balik kemajuan teknologi, peran pustakawan sebagai penjaga nilai dan pengetahuan tetap tak tergantikan.

Kegiatan ini sejalan dengan komitmen Perpustakaan dan Arsip UGM terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Melalui webinar ini, UGM berupaya meningkatkan literasi digital dan kompetensi teknologi di kalangan  (SDG 4:Pendidikan Berkualitas), memperkuat peran perpustakaan sebagai pusat inovasi dan transformasi digital di lingkungan akademik (SDG 9: Inovasi dan Infrastruktur), dan kolaborasi antara pustakawan, akademisi, dan mitra profesional (SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Webinar nasional ini meneguhkan satu pesan penting: di tengah kecerdasan buatan yang kian canggih, kebijaksanaan manusia tetap menjadi pondasi utama dalam membangun masa depan pengetahuan.

Kontributor: Wasilatul Baroroh