Perbanyak Membaca sebelum Publikasikan Artikel di Jurnal Internasional

Suatu hasil riset belum menjadi public knowledge jika belum dipublikasikan,” demikian tutur Miyoto, perwakilan dari Ebsco dan Cambridge University Press dalam sambutannya di acara workshop How to Publish in International Journals pada hari Rabu, 7 Maret 2018 di Ruang Seminar Perpustakaan UGM. Acara ini diselenggarakan oleh Perpustakaan UGM dalam rangka peringatan 67 Tahun Perpustakaan UGM yang mengusung tema “Perpustakaan dan New Normal Era”. Ia juga mengatakan betapa pentingnya publikasi jurnal internasional dalam meningkatkan penjaminan mutu perguruan tinggi, bersamaan dengan riset, sitasi, inovasi dan invensi.

Narasumber utama, Joe Ng (Acquisitions Editor on Law and Social Sciences Economics Management on Public Policy Cambridge University Press) memberikan kiat khusus dalam menulis artikel jurnal internasional. Beliau menyatakan bahwaHindari definisi yang terlalu banyak dan panjang, hindari juga penggunaan term khusus di bagian introduction, usahakan menulis dengan bahasa yang ringan namun jelas, perhatikan agar tidak terjadi plagiarism.”

Setidaknya ada 3 (tiga) tips yang diberikan oleh Joe Ng dalam menulis artikel. Pertama, ikuti gaya penulisan dari jurnal yang ingin dijadikan sebagai penerbit artikel. Kedua, buat artikel yang ringkas, dengan rumus satu kalimat untuk satu gagasan dan menuliskan satu gagasan dalam satu kalimat. Sedangkan yang ketiga adalah baca artikel-artikel yang sudah dipublikasikan di jurnal tersebut sehingga bisa kita bisa menyesuaikan tulisan seperti apa yang layak untuk dipublikasikan melalui jurnal yang kita pilih.

Joe Ng juga menjelaskan bahwa sebelum mempublikasikan artikel, perlu untuk melihat seberapa signifikan argumen yang kita bangun dalam tulisan kita sehingga layak untuk dipublikasikan di jurnal internasional? Selain itu artikel juga harus mencakup seluruh isu yang ingin dibahas dengan jelas. Untuk memastikan pembaca mampu memahami isi artikel yang ditulis, maka penulis perlu menguji tulisannya untuk dibaca oleh orang lain sebelum dipublikasikan.

Setelah proses penulisan selesai dan dikirimkan ke penerbit, artikel tersebut mengalami proses review dalam 3 (tiga) tahap, yaitu desk review, peer review dan decision. Pada desk review, artikel akan dinilai oleh editor-in-chief (EIC) mengenai kelayakan artikel tersebut untuk dipublikasikan di jurnal terkait. Jika artikel layak, maka akan diproses di tahap peer review. Pada tahap peer review EIC bersama dua reviewer lain akan melakukan double-blind review yang memakan waktu 4-8 minggu. Pada tahap terakhir adalah decision yaitu penerimaan artikel dengan revisi atau penolakan artikel.

Acara ini mendapat respon yang baik dari peserta. Banyak dari peserta yang menanyakan kendala-kendala yang kerap mereka temui dalam menulis artikel dan mempublikasikannya di jurnal internasional. Banyak dari mereka yang kesulitan di tahap penulisan, seperti bagaimana sebaiknya pendahuluan pada artikel dituliskan tanpa memberi banyak definisi, atau bagaimana menuliskan ide dengan singkat dan jelas? Dari banyak pertanyaan seputar kesulitan dalam penulisan, saran Joe Ng hanya satu, yaitu perbanyak membaca.(cahya)