Arsip:

Berita

Ukur Kualitas Artikel dengan Pilih Jurnal dengan Impact Factor Tinggi

"Ada beberapa tipe database, yang pertama adalah Science Direct, ini merupakan database termahal, dibuat oleh perusahaan Belanda yang biaya langganannya per tahun mencapai 4 Miliar rupiah. Tipe kedua adalah aggregator database yang mengumpulkan database dari seluruh dunia, menjadikan satu database, dibuat abstraknya, lalu dipilah per bidang ilmu, itulah yang dilanggan oleh perguruan tinggi, sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi yang bersangkutan. Tipe ketiga adalah publisher database, tipe ini hanya menerbitkan dari merknya sendiri. Tipe keempat adalah open access database, untuk tipe ini kita perlu hati-hati untuk membedakan mana yang murni open access dan mana yang jurnal predator," papar Dwi Janto Suandaru ( PT Jasaraya Tama) dalam workshop database ProQuest dan IEEE.yang digelar pada hari Senin, 12 Maret 2018 di ruang seminar Perpustakaan Pusat UGM. Workshop yang merupakan bagian dari rangkaian acara Workshop Series ini fokus pada database

Secara khusus, Janto memberi contoh untuk dua tipe database, yaitu Aggregator database dan Publisher Database. ProQuest merupakan salah satu contoh dari jurnal Aggregator. ProQuest sendiri terdiri dari beberapa kategori, diantaranya adalah Research Library, ABI/Inform Global dan Digital Dissertations & Theses Full Text Database (PQDT Fulltext) yang memiliki koleksi terlengkap, yaitu mencapai angka 3,1 juta disertasi dan tesis dari seluruh dunia. Sedangkan untuk jurnal tipe Publisher Database, terdapat IEEE yang merupakan database utama di bidang ilmu Teknik Elektro. Database ini tidak hanya menyediakan jurnal, namun juga hasil proceeding dari konferensi internasional.

Selain menjelaskan tipe-tipe jurnal, Janto juga memberikan tips terkait menulis artikel. Tahap pertama adalah kita perlu memilih topik yang unik dan tidak umum, lalu menuliskannya dengan bahasa yang baik serta abstrak yang berkualitas, karena abstrak inilah yang pertama kali dibaca oleh reviewer. Penulis juga perlu menuliskan posisi artikel pada bagian introduction dengan jelas. Untuk kualitas tulisan yang baik, maka penulis juga perlu rajin mendiskusikan materi dengan orang-orang yang memiliki konsentrasi studi yang sama dengannya. Janto juga mengingatkan, untuk menghindari self plagiarism maka hindari untuk mengirimkan naskah artikel ke beberapa jurnal dalam waktu yang bersamaan.

Tips berikutnya yaitu perhatikan selalu impact factor dari jurnal yang dipilih. Ada baiknya penulis mengumpulkan ke jurnal ber-impact factor tinggi terlebih dahulu. Kalau pun mengalami penolakan setelah tahap review, artikel tersebut bisa direvisi dan dimasukkan ke jurnal yang yang berimpact factor lebih rendah dari jurnal sebelumnya, biasanya di tahap yang kedua ini artikel akan lebih mudah diterima. Selain itu, perlu berhati-hati juga dengan jurnal predator yang akan merugikan penulis yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Janto menambahkan, perlu berhati-hati dalam memilih open access database. Untuk open access, ada dua tipe. Tipe yang pertama adalah yang dalam mengumpulkan dan mengunduh artikel tidak dipungut biaya, ini yang merupakan murni open access. Sedangkan, kita perlu hati-hati ketika membayar untuk memasukkan artikel, namun pengguna bisa mendownload artikel dengan gratis. Tipe kedua ini lah yang disebut jurnal predator dan perlu dihindari. [Penulis: Ge Tilotama, Nur Cahyati Wahyuni]

Tips and tricks Meraih Approval Penerbit

Aims and Scope adalah salah satu point yang sangat penting diperhatikan ketika kita akan publish sebuah artikel” papar Ardy Chandra, Journalist Sales Executive dari Taylor & Francis Group. Beliau merupakan salah satu narasumber dalam rangkaian acara Workshop Series on Digital Resources Perpustakaan UGM. Kegiatan ini dilakukan pada hari Kamis, 8 Maret 2018 di Ruang Seminar Lt.2 Gedung L1 Perpustakaan UGM.

lebih lanjut

Perbanyak Membaca sebelum Publikasikan Artikel di Jurnal Internasional

Suatu hasil riset belum menjadi public knowledge jika belum dipublikasikan,” demikian tutur Miyoto, perwakilan dari Ebsco dan Cambridge University Press dalam sambutannya di acara workshop How to Publish in International Journals pada hari Rabu, 7 Maret 2018 di Ruang Seminar Perpustakaan UGM. Acara ini diselenggarakan oleh Perpustakaan UGM dalam rangka peringatan 67 Tahun Perpustakaan UGM yang mengusung tema “Perpustakaan dan New Normal Era”. Ia juga mengatakan betapa pentingnya publikasi jurnal internasional dalam meningkatkan penjaminan mutu perguruan tinggi, bersamaan dengan riset, sitasi, inovasi dan invensi.

lebih lanjut

Meraih Cinta Civitas Academica di Era Normal Baru, Perpustakaan Goes Digital

Seiring dengan bertambahnya populasi generasi millennial yang memanfaatkan layanan perpustakaan dan kemudahan akses yang diperoleh terhadap koleksi dalam format digital telah mengubah pola pemanfaatan sumber daya informasi yang disediakan oleh perpustakaan,” papar Dra. Nawang Purwanti, M. Lib. dalam acara Penyampaian Laporan Tahun 2017 Perpustakaan UGM yang mengusung tema “Perpustakaan dan New Normal Era” pada hari Kamis, 1 Maret 2018. Hal tersebut disampaikan untuk menanggapi Tren pemanfaatan e-book di Perpustakaan UGM yang terus mengalami peningkatan, di samping tren angka peminjaman koleksi cetak yang mengalami pasang surut.

Adanya perubahan tren tersebut mendorong perpustakaan untuk terus meningkatkan kualitas layanannya. Salah satu bidang yang penting dalam merespon perubahan kebutuhan informasi adalah bidang basis data dan jaringan. Untuk meningkatkan kinerja di bidang database dan jaringan, Nawang menjelaskan terdapat pengembangan aplikasi dan sistem informasi tahun 2017, meliputi pengembangan aplikasi Tesis/Disertasi Elektronik dan penyelesaian migrasi data repositori, serta perubahan template laman web perpustakaan sesuai dengan arahan dan kebijakan yang berlaku di UGM.

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Safirotu Khoir, Ph.D dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk “The Need to Change: Perilaku dan Manajemen Informasi dalam Era Normal Baru”. “Saat ini orang cenderung lebih senang membaca informasi yang dapat dengan mudah dibawa atau disimpan dalam ponsel, juga tidak terlalu suka membawa beban berat dalam bentuk buku cetak.” Ia menambahkan bahwa situasi berubah dalam kurun waktu tiga dasa warsa terakhir dan menjadi situasi normal yang baru, sehingga perubahan ini adalah normal dan tidak lagi menjadi sesuatu yang menggemparkan. Fenomena ini sudah menjadi bagian hidup setelah disrupsi. Untuk itu, perpustakaan perlu melakukan berbagai perubahan yaitu resources, spaces, dan sumber daya manusia, serta lebih jeli dalam penyusunan rencana strategis untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan di setiap bidang pengajaran dan penelitian, posisi historis, serta visi dan misi sebagai universitas kelas dunia.

Untuk mencapai keseimbangan baru dalam era normal baru ini, perpustakaan UGM memberikan perhatian terhadap aspirasi dari pemustaka, baik itu mahasiswa, dosen, staf, dan masyarakat umum guna meningkatkan performa menuju Perpustakaan yang bernuansa Kekinian. Nawang menjelaskan, ada tiga media yang digunakan, yaitu dengan aplikasi SIAP (Sistem Informasi Aspirasi Publik), survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), dan melalui komentar masyarakat yang disampaikan melalui Google Reviews. Selain itu, perpustakaan juga mendekatkan diri dengan mahasiswa melalui program mahasiswa paruh waktu untuk memahami perubahan kebutuhan dan perilaku penggunaan informasi generasi millennial saat ini.

Umpan balik dari pemustaka sangat penting sebagai masukan bagi perpustakaan untuk melakukan tindak lanjut dengan mengadakan perbaikan aspek yang kinerjanya belum memenuhi harapan pemustaka. Untuk itu perpustakaan pun secara berkala memberikan apresiasi kepada pemustaka yang paling aktif menggunakan layanan perpustakaan. Hari ini tiga penghargaan diberikan kepada tiga pemustaka aktif, yaitu Sdr. Suwarno, mahasiswa Prodi S3 Sejarah yang meminjam buku terbanyak, sejumlah 248 sepanjang tahun 2017. Untuk pemustaka yang paling sering berkunjung secara fisik ke Perpustakaan di tahun 2017 adalah Sdr. Muhammad Abeng, mahasiswa Prodi S1 Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang berkunjung sebanyak 202 kali. Sementara untuk pengunjung virtual melalui ezproxy database yang dilanggan oleh Perpustakaan adalah Sdr. Adri Warsena, mahasiswa Prodi S2 Magister Manajemen yang mengakses sebanyak 160.135 kali.

Perpustakaan makin berbenah diri, menyeimbangkan antara fasilitas fisik dan virtual, informasi analog dan digital, agar makin dicinta pemustakanya di Era Normal Baru ini.(cahya)

Meningkatkan Kemampuan Branding Diri dalam Menghadapi New Normal Era

Bagaimana sebenarnya new normal era itu? Yang jelas di sini semuanya serba crowded dan tergesa-gesa. Namun, di samping itu kita juga perlu melakukan branding diri melalui portofolio?,” tutur Dra. Nawang Purwanti, M. Lib dalam sambutannya untuk membuka acara Talkshow bertajuk “Peluang dan Strategi Menghadapi Dunia Kerja di New Normal Era”. Talkshow yang merupakan rangkaian acara Dies Perpustakaan UGM ke-67 dengan mengusung tema “Perpustakaan dan New Normal Era” ini diselenggarakan pada hari Selasa, 27 Februari 2018 di Gedung Perpustakaan Pusat UGM.

Lebih lanjut, moderator dalam acara ini, Wahyu Supriyanto, S.E., M.Si menjelaskan bahwa New Normal Era adalah suatu keadaan atau fenomena yang tidak lazim, namun saat ini kita bisa melihatnya sebagai suatu kewajaran yang kita hadapi sehari-hari dengan hadirnya teknologi informasi. Dengan keadaan seperti ini tentunya mendorong adanya munculnya bisnis baru yang lebih inovatif serta berdampak pada perubahan yang meluas.

Tidak jauh dari new normal era, T. Novi Poespita Candra, M.Si., Psi, salah satu pembicara yang merupakan dosen Psikologi UGM juga menjelaskan mengenai Revolusi Industri 4.0. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya yang dipengaruhi oleh masuknya Teknologi Informasi, Revolusi Industri kali ini melahirkan keadaan yang jauh lebih kompleks. Pada Revolusi Teknologi 4.0 yang dicirikan dengan disrupsi teknologi berpengaruh pada perubahan jenis pekerjaan dan juga kemampuan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Saat ini eranya kompetensi, dan kompetensi hanya bisa didapat dari pengalaman langsung, bukan hanya dengan belajar di dalam kelas,” tutur dosen yang kerap disapa Novi. Menurutnya, untuk siap menghadapi dunia kerja di masa sekarang, dibutuhkan keterampilan yang unik serta kecakapan di bidang teknologi. Penting juga untuk menambah pengalaman dengan mencoba banyak hal. Dengan ini kita bisa mengenali kemampuan diri. “If you never try everything, you can’t choose one thing,” tambahnya.

Branding diri, ini adalah cara ampuh dalam menghadapi new normal era yang serba cepat dan dinamis seharusnya mendorong kita agar mampu mempersiapkan diri di dunia kerja. Kamampuan mengemas rekam jejak ke dalam sebuah portofolio yang menarik merupakan hal yang penting dalam upaya branding diri.

Galuh Setia Winahyu, M.Psi yang merupakan konsultan psikologi di Dharma Setia Consultant memberi tips dalam pembuatan Curriculum Vitae (CV) yang menarik untuk melamar pekerjaan di era yang serba kreatif ini, yang pertama simple namun kaya akan informasi, bisa memberi keterangan apapun mengenai diri sendiri, unik dan bisa mencerminkan kepribadian. “CV tidak perlu panjang-panjang, maksimal dua lembar namun berisi informasi menarik mengenai diri sendiri.”

Agar mampu melakukan branding diri yang baik, Galuh mengatakan penting bagi kita untuk mengenali diri sendiri dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan, apa yang disukai dan tidak sukai, serta pekerjaan apa yang cocok dengan kepribadian dan kemampuan diri.(cahya)

Membaca Relasi Kuasa dengan Membedah Buku “Penghancuran Buku dari Masa ke Masa”

acara bedah buku

“Buku merupakan token of power, dimana penghancuran buku tidak berawal dari niatan untuk menghancurkan dunia, melainkan ingin mengarahkan pengetahuan apa yang harus diketahui manusia,” papar Dr. Abdul Gaffar Karim dalam acara Bedah Buku “Penghancuran Buku dari Masa ke Masa” yang diselenggarakan oleh Perpustakaan UGM pada 20 Februari 2018.

Sebelumnya ia menjelaskan di hadapan para mahasiswa dan pustakawan yang menghadiri acara tersebut, bahwa pengetahuan adalah salah satu resource yang diperebutkan dan dikompromikan, dan buku merupakan sarana untuk merekam pengetahuan. Sehingga ketika terjadi upaya penghancuran buku, Gaffar melihat ini sebagai upaya untuk mempertahankan atau memperebutkan kuasa agar tetap di tangannya (aktor penghancur buku), sehingga kuasa atas ilmu pengetahuan tidak bergeser ke orang lain.

Pada kesempatan kali ini, Gaffar yang merupakan dosen Departemen Politik dan Pemerintahan UGM memang mengulas buku yang ditulis oleh Fernando Baez ini dalam sudut pandang politik, yaitu bagaimana relasi kuasa berlangsung atas tragedi penghancuran buku. Sehingga dalam menutup paparannya ia mengatakan, “Upaya manusia dalam mencatat pengetahuan adalah prestasi kuasa tertinggi, sedangkan buku menjadi simbolisasi utama atas relasi kuasa tersebut.”

Sedangkan Rosmi Julitasari Soerdjadinata yang merupakan penerjemah buku “Penghancuran Buku dari Masa ke Masa” mengutip Fernando Baez bahwa buku merupakan lembaga ingatan bagi konsentrasi dan permanensi, dan karenanya harus dipelajari kepingan kunci dari warisan budaya masyarakat. Selain itu, buku sebenarnya menempati posisi yang sangat tinggi di masyarakat, karena merupakan wakil dari budaya suatu masyarakat. Sehingga, buku apa yang sedang digandrungi oleh masyarakat, adalah gambaran dari masyarakat itu sendiri.

Buku The Enemies of Books karya William Blades yang menginspirasi Fernando Baez, menjelaskan bahwa musuh dari buku yang sulit dihindari adalah manusia yang melakukan pengabaian, kebodohan dan kefanatikan sehingga memutuskan untuk memusnahkan buku. Sehingga, bagi Lita cara terbaik untuk menyelamatkan buku dari pemusnahan adalah dengan membacanya, lebih baik lagi jika bisa menulis ulasannya. Selain itu, Lita juga menambahkan bahwa pustakawan pun memiliki peran yang penting dalam menjaga buku dari pemusnahan. (cahya)

SAGE Talks : Query Letter, kiat mengambil hati Editor Jurnal

Query letter merupakan elemen yang juga penting, ketika kita ingin mempublikasikan tulisan, yakni berupa surat yang ditujukan penulis kepada editor atau publishing houses.“ Demikian yang disampaikan oleh Rosalia da Gracia, pembicara dari Sage Publishing dalam acara bertajuk “Simple Guide to Writing a Journal Article”, pada Hari Rabu, 10 Januari 2018 di Auditorium Poerbatjaraka lantai 3 Fakultas Ilmu Budaya UGM. Di hadapan mahasiswa Pascasarjana di bidang sosial humaniora, kegiatan ini mendapat apresiasi yang baik dari para peserta.

Lebih lanjut, Rosalia menyatakan bahwa tantangan dalam query letter adalah memadatkan artikel 15 lembar menjadi setengah halaman kuarto. Oleh karena itu, ungkapkan dengan baik, mengapa editor dan pembaca jurnal harus tertarik dengan artikel yang anda tulis. Lengkap dengan judul dari artikel yang dibuat, ikuti ketentuan spesifikasi jurnal yang ditentukan, serta katakan bahwa artikelmu tidak pernah diterbitkan di tempat lain.

Didampingi moderator Thomas Joko Priyo Sembodo, Rosalia mengawali presentasi dengan menekankan bahwa cara terampuh untuk dapat menerbitkan sebuah tulisan dan menjadi sukses adalah dengan memotivasi diri sendiri. Passion, Confidence, dan Time Management merupakan kunci sukses. Untuk itu, ada tiga fase yang dapat dijalani untuk mencapai sukses dalam menerbitkan jurnal.

Fase pertama adalah menulislah untuk dirimu sendiri. Menulislah untuk mencari apa yang kamu fikirkan, apa yang kamu rasakan dan apa yang ingin kamu kemukakan. Di fase kedua ialah melakukan redraft tulisan untuk dapat berkomunikasi dengan pembaca. Sedangkan di fase terakhir yakni mengedit tulisan untuk memberikan kejelasan baik dalam hal bahasa, tata bahasa, struktur, dan referensi yang baik dan benar.

Dalam berproses mulai menulis hingga mempublikasi sebuah artikel jurnal Rosalia menyarankan kita untuk memiliki mentor yang dapat menjadi tempat bertanya dan berbagi ketika menemui kesulitan. Baik itu professor atau siapapun yang berpengalaman. Hal yang tidak luput adalah kepercayaan diri dan manajemen waktu yang kuat. Jika kamu ragu dan gugup maka hasilnya tidak akan maksimal. Menjadi penting ketika kamu percaya bahwa diri kamu bisa melampaui apa yang kamu fikirkan.

Kegiatan ini berisi 90 menit presentasi oleh speaker dan 30 menit sesi tanya jawab. Diharapkan melalui kegiatan ini peserta bisa bertanya banyak hal dan mendapatkan pengetahuan baru tentang academic writing, khususnya kepenulisan artikel jurnal. [Dhilla/Humas Perpustakaan UGM]

Dharma Wanita Persatuan Perpustakaan UGM Kembali Aktif sebagai Wadah Aktualisasi Peran Perempuan

"Ibu rektor sudah merevitalisasi Dharma Wanita di Lingkungan UGM, sehingga semua harus bergerak dengan masif untuk mengiringi suami dalam bekerja, dan tentu saja bagi ibu-ibu karyawati UGM untuk bisa mendharma-baktikan perannya sebagai perempuan," tutur Ibu Arifah atau yang kerap disapa dengan nama Ibu Fafa dalam acara Pertemuan Anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Perpustakaan UGM, pada hari Jumat, 12 Januari 2018. Acara yang diadakan di Ruang Seminar Perpustakaan UGM ini dihadiri oleh anggota DWP Perpustakaan UGM.

Mengingat peran perempuan di rumah juga tak terhitung banyaknya, sebagai wadah yang menyenangkan untuk bertemunya staf dan istri staf Perpustakaan UGM, Ibu Fafa mengutarakan bahwa DWP ini ditujukan untuk kegiatan penyegaran. Tujuan diaktifkannya kembali DWP Perpustakaan UGM antara lain adalah untuk ajang silaturahmi, berbagi informasi dan pengetahuan, serta refreshing.

"Kami harap dengan adanya kegiatan positif dari ibu-ibu DWP Perpustakaan UGM bisa secara tidak langsung memotivasi anggota meluangkan waktu untuk datang, syukur jika dukungan dari para suami cukup kondusif sehingga semakin mantap untuk hadir di acara ini," tutur ibu Nawang Purwanti, Kepala Perpustakaan UGM menanggapi kegiatan positif yang digelar dalam acara DWP ini.

Adapun kegiatan yang digelar pada hari tersebut adalah Beauty Class dengan menggandeng Wardah sebagai pematerinya. Sebelum acara Beauty Class, beberapa anggota mengikuti acara penjualan bebas dimana mereka bisa menjual dagangan mereka, seperti baju atau pun makanan olahan.

Ke depan, Ibu Fafa menyatakan bahwa akan diadakan pertemuan DWP Perpustakaan UGM lagi, sehingga dalam satu tahun ada empat pertemuan. Pada pertemuan selanjutnya akan diisi dengan materi bermanfaat lainnya, seperti pengelolaan keuangan keluarga, kesehatan keluarga, dan table manner [Ge/Humas Perpustakaan UGM].

Tiga Puluh Enam Tahun Mengabdi, sampai juga Masanya Purnakarya

Perpustakaan UGM melepas dua pegawainya, yaitu Ibu Daruriyanti dan Bapak Sukirman dalam acara Pelepasan Purnakarya. Acara yang dihelat di Ruang Seminar Perpustakaan UGM ini dihadiri oleh pimpinan dan para pegawai Perpustakaan UGM, sehubungan dengan berakhirnya masa pengabdian beliau sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Universitas Gadjah Mada.

Kepala Perpustakaan UGM, Nawang Purwanti menyampaikan rasa terima kasih kepada dua pegawai Purnakarya atas pengabdiannya di Perpustakaan UGM selama ini, 36 tahun bagi Ibu Daru dan 35 tahun bagi Pak Kirman. Beliau berharap, baik Pak Kirman maupun Ibu Daru dapat memiliki kesibukan lain di masa purnakarya agar tetap produktif. Selain itu, beliau berpesan agar tali silaturahmi antar sesama rekan kerja tetap dijaga dengan baik meskipun tidak lagi bekerja di Perpustakaan UGM.

Selaras dengan Kepala Perpustakaan UGM, ucapan terima kasih juga disampaikan oleh Ketua Korpagama Perpustakaan UGM, Bapak Haryanta. Beliau mengenang masa-masa bekerja bersama Ibu Daruriyanti dan Bapak Sukirman, dimana keduanya aktif dalam menghidupkan kegiatan di Korpagama. Atas hubungan baik yang sudah terjalin, harapan Haryanto agar tali silaturahmi bisa tetap dijaga diungkapkan dalam kelakarnya, “Ya, Pak Kirman (meskipun sudah pensiun) masih bolehlah main-main ke kantin,” yang disambut oleh tawa pegawai lain.

Harapan tersebut juga disampaikan oleh Sukirman, yang selama mengabdi di Perpustakaan UGM bekerja sebagai penjaga gedung dan pensiun dalam golongan III/a. Beliau mengutarakan, tentu sulit jika biasanya bekerja bersama rekannya di perpustakaan, namun kemudian kini harus melepas tugas tersebut. Kemudian beliau mengenang masa pengabdian di Perpustakaan UGM, "Saya dulu itu hanya mempunyai Ijazah SD," kenangnya yang memulai karier di Perpustakaan UGM pada tahun 1982 sebagai petugas kebersihan. Sukirman merasa tidak puas dengan posisinya saat itu, lalu memperjuangkan Ijazah SMP dan SMA dengan mengikuti Kejar Paket B dan C. Hingga pada akhirnya tahun 2010 beliau menempati posisi sebagai penjaga gedung. "Pada saat itu saya mulai bertekad untuk memperbaiki hidup saya, agar lebih disiplin dan berkerja dengan lebih baik," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Bu Daru tidak banyak mengenang masa kerjanya di Perpustakaan UGM. Beliau justru mengucapkan banyak terimakasih dan maaf kepada para pimpinan dan sesama rekan kerjanya. Dengan mengawali karier di UGM sebagai PNS golongan II/a dan mengakhiri masa kerja dalam golongan III/d dalam jabatan fungsional pustakawan penyelia. Tentu banyak hal yang sudah dilalui dan bisa diambil hikmahnya bersama. Beliau meminta doa restu kepada pimpinan dan pegawai Perpustakaan UGM, agar beliau bisa melalui masa purnakaryanya dengan baik dan tetap bisa menjaga silaturahmi.(Cahya)

Sistem Informasi Terintegrasi Adalah Jawabannya

“Jawabannya adalah Sistem Informasi Perpustakaan Terintegrasi.” Kepala Bidang Database dan Jaringan, Arif Surachman, M. B. A menegaskan pada rombongan Sekretaris dan Staf Perpustakaan Universitas Airlangga dalam studi banding tentang Sistem Informasi terintegrasi di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, 20 Desember 2017 lalu. Lebih lanjut, Bapak Arif menyatakan bahwa Sistem Informasi yang terintegrasi ini tidak hanya terbatas katalog, namun juga transaksi secara real time di seluruh perpustakaan pusat/fakultas/sekolah sehingga transparansi dan akuntabilitas pelayanan dapat ditingkatkan. Sistem ini juga memberikan keluasan kepada pemustaka untuk secara mandiri melayani perpanjangan masa pinjam dan melakukan pemesanan koleksi secara daring.

Menurut penuturan Ibu Suhernik, S. Sos., M. Si, Sekretaris Perpustakaan Unair, saat ini Sistem Informasi Perpustakaan baru dapat menyatukan katalog di Perpustakaan Kampus A, B, dan C, serta ruang baca fakultas di Lingkungan Universitas Airlangga. Pengelolaan transaksi peminjaman buku belum dilakukan secara terintegrasi, sehingga sirkulasi buku belum dapat dipantau secara real time. Untuk itulah, kunjungan kali ini terdiri atas pustakawan dan tim pengembangan teknologi informasi agar dapat menangkap spirit integrasi dan terinspirasi untuk menerapkannya di Universitas Airlangga.

“Pimpinan yang mendukung perpustakaan dan berorientasi pada teknologi informasi menjadi modal yang kuat untuk tercapainya integrasi,” kata Kepala Bidang Database dan Jaringan Perpustakaan UGM menambahkan. Itu yang terjadi di Perpustakaan UGM. Jika pimpinan di Universitas Airlangga sudah memberikan sinyal positif untuk peningkatan perpustakaan, ya ditangkap saja peluangnya. Koordinasi ke bawah, akan menjadi lebih mudah.

Komitmen pimpinan tersebut membuka peluang untuk menggerakkan kerja bersama lintas unit kerja seperti Perpustakaan UGM, Direktorat Pendidikan dan Pengajaran, Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi, dan Perpustakaan Fakultas/Sekolah. Sekaligus membuka peluang untuk peningkatan peran perpustakaan digital di lingkungan UGM. Selain perpustakaan pusat, Perpustakaan Kedokteran, Perpustakaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta Perpustakaan Fisipol telah mengembangkan perpustakaan digital untuk meningkatkan layanan pada jaman milenial ini.

Titik awal dari capaian-capaian pengembangan perpustakaan tersebut adalah satu, yaitu berpikir dan bekerja dalam kerangka integrasi dan sinergi.(Cahya)