Lawang Sajarah Jadi Sarana Belajar Pengelolaan Koleksi Langka bagi Mahasiswa dari Jepang

Prof. Yako Kozano dari Aichi Prefectural University, Japan, bersama sejumlah mahasiswa dari Negeri Sakura Jepang mengunjungi Lawang Sajarah Perpustakaan dan Arsip UGM pada Kamis (18/9/2025). Prof. Yako yang beberapa waktu terakhir ini berkolaborasi dengan UGM dan sangat lihai berbahasa Indonesia ini mencoba mengenalkan beberapa budaya Indonesia melalui koleksi langka di Lawang Sajarah pada mahasiswanya. Di sana, mereka mempelajari langsung pengelolaan, penataan, dan rencana pengembangan koleksi langka serta bersejarah yang menjadi bagian penting dari rekam jejak UGM.

Mereka diterima hangat oleh Pustakawan UGM, Maryono, SIP., yang bertugas di Lawang Sajarah. Dalam penjelasannya, Maryono memaparkan proses konservasi, penataan, hingga rencana pengembangan koleksi yang menyimpan rekam jejak perjalanan ilmu pengetahuan dan sejarah kampus.

“Setiap koleksi di Lawang Sajarah memiliki nilai sejarah yang tidak ternilai. Tugas kami bukan hanya menyimpannya, tetapi memastikan dokumen-dokumen ini kami lestarikan agar tetap hidup sebagai sumber belajar dan inspirasi,” ungkapnya.

Koleksi langka di Lawang Sajarah terdiri atas buku-buku karya Bung Hatta, literatur tentang seni dan budaya, buku mengenai candi dan peninggalan sejarah lainnya, serta berbagai naskah yang usianya sudah lebih dari 50 tahun bahkan ada yang

mencapai ratusan tahun. Semua koleksi tersebut menjadi saksi perjalanan sejarah ilmu pengetahuan sekaligus warisan budaya yang dijaga kelestariannya.

Selain mempelajari tata kelola, mahasiswa juga diajak melihat secara langsung ruang penyimpanan, koleksi langka digital, dan fasilitas pendukung yang digunakan untuk melestarikan koleksi. Mereka berdiskusi mengenai bagaimana inovasi dan teknologi dapat membantu pelestarian serta memperluas akses publik terhadap koleksi bersejarah.

Upaya pelestarian koleksi di Lawang Sajarah selaras dengan komitmen UGM mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 4: Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pentingnya menyediakan sumber belajar yang inklusif dan berkelanjutan, serta SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, yang mencakup perlindungan warisan budaya dan sejarah.

Kunjungan ini dapat mendukung untuk pemahaman atas pentingnya manajemen koleksi bersejarah, sekaligus tumbuh kesadaran untuk menjaga memori institusi. Lawang Sajarah pun menegaskan perannya sebagai pintu pengetahuan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Kontributor: Wasilatul Baroroh