Repositori daring, sudah menjadi kebutuhan seluruh instansi pendidikan di negeri ini, termasuk bagi Perpustakaan Perpustakaan Diklat Dinas Perhubungan Jakarta. Demikian yang disampaikan oleh Ibu Entin dan Ibu Miya, pada kunjungan kerja ke Perpustakaan UGM tanggal 19 Mei 2016 yang lalu, khusus untuk belajar tentang repositori. Setiap tahunnya Dishub selalu menerima makalah [pengganti karya ilmiah] dalam bentuk cetak yang ditulis oleh para siswa angkatan laut yang sedang mengikuti pendidikan profesi untuk diolah dan dilayankan kembali di Perpustakaan. Semakin lama, ruang penyajian tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, repositori daring akan segera diinisiasi.
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada telah mengalami hal tersebut terlebih dahulu, kata Janu Saptari, staf IT dan repositori Perpustakaan UGM. Oleh karena itu saat ini, Perpustakaan UGM telah memiliki Sistem Informasi Repositori Daring untuk penyimpanan dan pelayanan repository. Selanjutnya sistem informasi Unggah Mandiri bagi mahasiswa untuk menyerahkan karya ilmiah dalam bentuk dokumen elektronik. Dua sistem informasi tersebut terbukti telah berkontribusi penghematan pada pemakaian ruang untuk penjajaran koleksi repositori, hemat ruang tunggu bagi mahasiswa yang akan unggah mandiri, hemat waktu pelayanan karena petugas langsung berhadapan dengan dokumen elektronik.
Meski demikian, ada konsekuensi lain yang harus ditanggung oleh Perpustakaan UGM yakni penyediaan infrastruktur untuk sistem informasi yang harus kuat dalam penyimpanan dan pelayanan dokumen elektronik. Termasuk komitmen pada penyediaan sumber daya manusia yang ahli di bidang kepustakawanan dan Teknologi Informasi, serta pendanaan. Sistem informasi tidak perlu membangun sendiri, dapat juga menggunakan sistem informasi terbuka yang banyak ditawarkan. Terkait plus minusnya, memang perlu dipertimbangkan dengan seksama.(Cahya)