Buku Itu Adalah Rekam Jejak Peradaban Bangsa

Yogya, 28-11-2015. Setiap orang itu menciptakan sejarahnya sendiri, demikian juga dengan bangsa ini. Sejarah awalnya dilisankan kepada anak cucu, kemudian direkam jejaknya dalam buku, film, dan arsip. Disusunlah sejarah dalam sebuah periodisasi dan menghasilkan historiografi. Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang sedang belajar Peradaban Islam, khusus datang ke Perpustakaan Universitas Gadjah Mada untuk belajar historiografi.

Bapak Fajriudin, Drs., M.Ag., dosen Peradaban Islam menunjukkan pemilihan literatur yang tepat untuk menyusun historiografi Peradaban Islam di Indonesia. "Kuliah lapangan ini penting untuk mahasiswa agar mereka dapat memilih literatur yang tepat dan berkualitas untuk bekal menyusun sejarah peradaban Islam di Indonesia," demikian penjelasan dari dosen lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini. Beliau mengakui bahwa Perpustakaan Universitas Gadjah Mada kaya akan koleksi tentang Peradaban Islam, sejarah Indonesia dan sejarah Islam. Masih segar dalam ingatannya mengenai Koleksi Hatta, baginya, koleksi tersebut merupakan koleksi favorit mahasiswa jaman dulu, bahkan sampai saat ini.

Mahasiswa dipandu oleh Ibu Rini Iswandari (Ketua Seksi Sirkulasi), Bapak Haryanta (Ketua Seksi IT & Digital Resources) dan Ibu Ratna Setyawati (Ketua Seksi Pengolahan) tentang cara menemukan literatur sesuai dengan kebutuhan. Koleksi yang ditemukan terutama di kelas 900 yaitu sejarah dan sedikit koleksi 2x atau 200 di literatur Islam. Mahasiswa dengan mudah menggunakan SIPUS Integrasi (Katalog Online) untuk menemukan koleksi sejarah di seluruh Perpustakaan di lingkungan Universitas Gadjah Mada.

Berbagai koleksi dari tahun 50an sampai dengan yang terkini dijadikan acuan bagi periodisasi tertentu seperti peradaban Islam klasik dan reformasi. Buku-buku tersebut dibaca sebagian untuk menemukan yang diinginkan dan ditunjukkan kepada dosennya untuk mendapatkan penjelasan atas keunggulan buku itu dan relevansinya dengan topik yang diinginkan.

Meski buku sejarah tersebut makin lama makin aus dimakan jaman, namun informasi dan pengetahuan yang di dalamnya tak lekang oleh waktu. Diperbincangkan, diperdebatkan, dan disempurnakan dari berbagai perspektif para penuturnya.(Cahya)