Perpustakaan UGM, Kamis 3 April 2014. Universitas Gadjah Mada telah melahirkan nama-nama besar di dunia ilmu sain dan humaniora, sastra termasuk di dalamnya. Bergabung dalam akun Facebook “Kampung UGM”, alumni universitas kerakyatan ini menyumbang dunia sastra dengan sebuah Buku Kumpulan Cerpen "Melukis Surga", Kamis, 3 April 2014. Buku ini dibedah oleh Prof. Faruk HT., Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM, dibarengi dengan pembacaan cerpen oleh Ikun SK dan musikalisasi puisi oleh Erlina Rakhmawati di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.
Prof. Faruk HT memberikan catatan atas buku Kumpulan Cerpen “Melukis Surga” sebagai seni dan ilmu pengetahuan. Masyarakat akademik hidup dan bekerja di dunia yang tidak murni akademik dan abstrak, karena seorang akademisi juga adalah makhluk sosial dan historis yang terikat oleh ruang dan waktu. Seorang akademisi mestinya mampu hidup dalam dua dunia agar kegiatan akademiknya tidaklah formalistik dan kehilangan nilai aksiologisnya. Tantangan untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, perlu pikiran positif dan negatif sekaligus, kritis terhadap tatanan kehidupan.
Salah satu cerpen yang judulnya dijadikan sebagai judul buku “melukis surga” ini menurut Prof. Faruk merupakan cerita tentang pengalaman tertentu oleh seorang tokoh dalam ruang dan waktu tertentu, pengalaman seorang anak perempuan usia play group bernama Maria, yang sangat ingin bertemu surga. Pengalaman Maria ini bukanlah semata-mata pengalaman seorang individu, namun juga generalisasi dari pengalaman serupa, yaitu generalitas sosial-historis, generalitas yang ilmiah, dan gagasan atau kepercayaan akan Tuhan yang dikesankan lintas agama.
Buku "Melukis Surga" adalah kumpulan cerpen perdana yang ditulis, dicetak serta diterbitkan oleh warga kampung UGM yaitu Dewi Kharisma Michellia (alumnus Sekolah Vokasi UGM), Ramayda Akmal (alumnus Fakultas Ilmu Budaya ), S. Banu Ardi (alumnus Fakultas Psikologi), Han Gagas, Bung Yanto, Micha Adiatma, Nugroho Dewayanto, Sungging Rangga, Mochammad Walid, dan 15 penulis lainnya. Kumpulan cerpen ini dihadirkan di kampus untuk menghidupkan spirit bersastra yang mulai meredup.