Perpustakaan UGM, Kamis, 14 Juni 2015| Menikmati proses menulis dan riset penulisan menjadi kunci bagi seorang penulis untuk mendapatkan spirit dari karya novelnya. Andrea Hirata, penulis novel “AYAH” hadir bersama Agus Wahyu (Redaktur-Media Indonesia) dan Imam Risdiyanto (Chief Editor Bentang Pustaka) di Perpustakaan UGM untuk berbagi cerita proses dan sukses dalam berkarya.
Proses dan riset panjang dilakoni Andrea Hirata dalam penulisan novel ke-9 ini, 6 tahun lamanya. Hasilnya cukup memuaskan, karya ini memiliki keberterimaan tinggi di hati publik. Setidaknya 15.000 eksemplar sejak peluncurannya, buku ini laris di pasaran. Banyak orang yang bertanya, Kenapa ya? Karena novel ini berkisah tentang semua orang.
Novel ini bercerita tentang orang-orang di Kampung daerah Belitong di waktu itu. Dikisahkannya tentang Marlena “sang purnama kedua belas” cinta pertama dari Sabari dan diakhiri dengan kisah akhir hayat sabari dan Lena. Potongan-potongan cerita yang seolah melompat dari satu tokoh Maulana Hasan Maghribi –Ukun, ke tokoh Amiru, dan tokoh Amirza selanjutnya, diceritakan dalam bahasa sederhana menjadi jalinan cerita yang unik dan detil. Kegetiran yang dirasakan oleh para subyek cerita karena ketidakberdayaan ekonomi, diceritakan secara lembut dalam balutan canda.
Kesan mendalam ditangkap oleh indra para pembacanya yang juga menjadi peserta talkshow. Penempatan posisi penulis sebagai pencerita yang selalu menuliskan kalimat “seperti yang dikisahkan oleh Amiru kepada saya” telah menghadirkan tokoh Amiru sebagai bagian dari kehidupan nyata bagi pembacanya. “Saya jadi ingin menitip salam untuk Amiru”, kata salah seorang peserta yang juga pernah memenangkan lomba baca puisi di Radio itu.
Obrolan menarik terus berlanjut. Sesekali jawaban pertanyaan peserta dilemparkan oleh Andrea Hirata kepada Agus Wahyu, Redaktur yang alumni UGM, dan juga Imam Risdiyanto, alumni Sastra Indonesia UGM angkatan 95 ini. Kenapa sebuah novel ditolak oleh penerbit? Bisa jadi karena tema novel tersebut ketinggalan jaman atau bahkan terlalu maju sehingga pembacanya belum ada. Menurut Agus Wahyu, “novel akan hadir ketika pembacanya telah siap”.
Tidak semua novel harus diterbitkan. Setidaknya ada 15 novel Andrea Hirata yang disimpan sebagai milik pribadi, bukan untuk dikonsumsi publik. Menerbitkan novel pun ada seninya yaitu baca kebutuhan pasar, cari data yang lengkap, ceritakan kembali dengan bahasa yang sesuai dengan target pembaca, dan jika memang terkait dengan kepentingan khusus, terbitkan sendiri.
Obrolan ini merupakan rangkaian acara dari Obrolan Pembaca Media Indonesia Goes to Yogyakarta dengan didukung oleh Bentang Pustaka, Media Indonesia, Perpustakaan UGM & Goodreads Indonesia.(Cahya)