Lobi Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, sepanjang 28 April – 4 Mei 2016, dipercantik dengan dengan foto-foto Earthernity Fest, hasil karya UKM Bengkel Kesenian Geografi UGM (BEKAGE) Universitas Gadjah Mada. Acara tahunan dalam rangka memeringati Hari Bumi dan Lingkungan ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Geografi Universitas Gadjah Mada Dr. R. Suharyadi, M.Sc., didampingi oleh Bapak Wahyu Supriyanto, Kepala Bidang Layanan Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.
Tema “Gerhana Budaya” diusung sebagai ekspresi mahasiswa dalam menangkap gejolak pergeseran budaya yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya di Yogyakarta. Lebih dari 25 karya foto, desain grafis, dan karya instalasi tersaji untuk mengkritisi perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang terjadi dan tertangkap panca indera dan akal pikiran.
Salah satunya adalah karya instalasi Pohon Beringin yang dibentuk dari jalinan dan pilinan kawat membentuk sebuah pohon beringin dengan akar-akar yang mencengkeram bumi, yang terbebas dari sangkarnya. Dika, demikian mahasiswa perempuan ini biasa dipanggil namanya, menceritakan pengalamannya dalam menangkap fenomena pohon besar ini. Sebuah pohon, semestinya diperlakukan sebagai sebuah pohon dan dilepaskan dari embel-embel kisah tentang sebuah pohon besar yang mistis. Sebuah Pohon besar merupakan fungsi keseimbangan bagi lingkungannya dengan cara menyimpan air, menyerap polusi, dan memberikan perlindungan atas terik matahari.
Karya-karya tersebut disajikan dalam sebuah ruang ciptaan di selasar Perpustakaan Universitas Gadjah Mada berbentuk bujursangkar yang dibatasi dengan papan anyaman bamboo (gedek) dan ditopang oleh pilar yang terdiri atas susunan 3 (tiga) kursi. Pertimbangan penggunaan material tersebut adalah murah, ramah lingkungan, dan tidak menimbulkan sampah baru.
Pameran foto UKM Bekage ini merupakan kali ke-2 yang diselenggarakan di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Perpustakaan dipandang mampu menjadi tempat untuk menyebarkan wacana lingkungan kepada civitas academica UGM dan masyarakat pada umumnya, karena perpustakaan merupakan tempat pertemuan para civitas academica dengan masyarakat umum. Dengan demikian, apresiasi mahasiswa atas pergeseran budaya dapat disebarluaskan informasinya kepada khalayak.(Cahya)