Arsip:

Pawarta

Selamat Menyambut Bulan Ramadhan

Para Pemustaka Ykh,

Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Universitas Gadjah Mada mengucapkan:

"Selamat menyambut bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1439 H bagi pemustaka yang menjalankan".
Semoga amal ibadah selama bulan Ramadhan akan membawa kebaikan dan pencerahan bagi para pemustaka. Kami mengucapkan mohon maaf apabila dalam memberikan pelayanan selama ini ada kesalahan baik disengaja atau tidak. Semoga Alloh SWT menerima segala amal ibadah kita. Aamiin.

Yogyakarta, 16 Mei 2018

a.n. Manajemen Perpustakaan UGM

Gangguan akses ezproxy

Kepada Yth.
Civitas Academica UGM

Salam,

Perlu kami informasikan bahwa saat ini kami sedang menghadapi kendala terkait akses beberapa database dari EZPROXY, hal ini dikarenakan kami harus melakukan upgrading Ezproxy yang dimiliki UGM. Untuk sementara waktu apabila ada masalah akses di Ezproxy mohon dialihkan melalui jaringan UGM. Beberapa jurnal/database online yang mengalami gangguan akses adalah Emerald, ACS, ASCE, Wiley, Taylor and Francis, Westlaw dan IEEE.

Kami akan update apabila ada perkembangan. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.

Yogyakarta, 3 Mei 2018

Perpustakaan TUTUP dalam rangka Peringatan Isra’ Miraj

libur isra' mi'raj

Mengenali Westlaw Next sebagai Online Database Ilmu Hukum

Pada hari Selasa, 20 Maret 2018 Perpustakaan UGM mengadakan Workshop penggunaan Westlaw sebagai online database bersama Barata, perwakilan dari Thomson Reuters Indonesia. Workshop kali ini berisi tutorial penggunaan Westlaw sebagai referensi menulis artikel ilmiah dengan subyek khusus yaitu ilmu Hukum.

Terkait dengan sistem hukum di Indonesia yang menganut Sistem Hukum "Civil Law", dan sebagian hukum perdata yang menerapkan "Common Law", Database Westlaw ini memberikan kontribusi setidaknya 20% bagi Civil Law, dan 80% hukum internasional. Untuk itu, menurut Barata, saat ini ada upaya untuk memperkuat konten tentang Hukum di Indonesia, terutama pada studi kasus sebagai upaya peningkatan layanan Westlaw bagi pengguna database di Indonesia.

Westlaw sendiri merupakan online database yang menyediakan 19.900 legal databases, antara lain Federal and Statute case law, Practice area, Review article, World Journals, e-book, Legal Encyclopedias, Dictionary (dalam laman Westlaw dinamakan Black’s Law), Sample agreement dan Intellectual Property (IP). Westlaw menyediakan database dari tahun 1790 hingga sekarang. Selain referensi berupa jurnal dan buku elektronik, Westlaw juga menyediakan koran elektronik, majalah elektronik dan publikasi bisnis dan industry. Pada laman Westlaw, pengguna juga bisa menemukan International Jurisdictions. Semua database ini tersedia berupa fulltext yang bisa diunduh oleh pengguna yang sudah melanggan Westlaw.

Database yang disediakan Westlaw bisa diakses melalui laman www.westlawnext.com. Dalam laman tersebut terdapat fitur WestSearch yang merupakan search engine yang didesain khusus untuk pencarian akurat berbagai database dari Westlaw. Dalam menggunakan Westlaw sebagai sumber refererensi, pengguna dipermudah dengan fitur "copy with reference". Fitur ini muncul secara otomatis ketika pengguna melakukan "block" pada sebagian teks di artikel yang terpilih. Dengan memilih fitur ini, pengguna juga ditawarkan dengan beberapa standard referensi. [Penulis: Ge Tilotama, Nur Cahyati]

Database aggregator EBSCO merambah channel Youtube di EBSCO Help

Database aggregator berbeda dengan publisher (penerbit), keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing” papar Erick Junikon yang merupakan field respresentative dari EBSCO dalam kegiatan Workshop Digital Resources oleh Tim EBSCO. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 15 Maret 2018 di Ruang Seminar Lt 2 Gedung L1 Perpustakaan UGM.

Lebih lanjut, Erik Junikon memaparkan bahwa Database aggregator sendiri adalah secondary distributor, di mana mereka hanya melisensi konten-konten dari berbagai penerbit dan tidak menerbitkan jurnal sendiri. Kelebihan aggregator ialah di mana konten yang mereka miliki lebih banyak dan bervariasi karena mereka memiliki akses untuk melisensi dari banyak penerbit. Sedangkan suatu penerbit, hanya menghadirkan artikel yang mereka terbitkan sendiri sehingga jumlah dan topiknya akan lebih terbatas. Kelemahan yang ada pada database aggregator ialah dimana mereka bisa saja terkena embargo dari penerbit utama sehingga artikel atau jurnal yang diakses tidak bisa dilihat secara full text.

Universitas Gadjah Mada, melalui Perpustakaan UGM sendiri, melanggan beberapa database aggregrator, yaitu EBSCO, ProQuest dan Gale. Demikian informasi yang disampaikan oleh Nawang Purwanti selaku Kepala Perpustakaan UGM, saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Workshop hari ke-7 dari 10 hari yang diancangkan. Database aggregator memberikan banyak pilihan jurnal yang bervariasi, sehingga cocok untuk memfasilitasi keperluan artikel bagi civitas academica UGM yang menekuni berbagai disiplin ilmu. Perpustakaan UGM memilih 3 database yaitu academic search complete, business source complete dan EBSCO e-book.

Workshop ini disajikan dalam format presentasi dan praktik akses, serta diselingi dengan informasi tentang cara mengirimkan artikel jurnal ke berbagai penerbit yang diindeks oleh EBSCO. Pada bagian akhir workshop, Erik mengadakan live demo tutorial bagaimana log ini dan mengakses artikel maupun jurnal yang ada di dalam EBSCO. Jika masih ada yang memiliki kesulitan dalam mengakses dan menggunakan EBSCO panduan lengkap bisa dilihat pada channel Youtube di EBSCO Help. Harapannya melalui sesi ini para pengguna akan lebih mudah untuk mengakses layanan yang sudah disediakan oleh EBSCO sebagai database aggregator. [Penulis: Fadhilla, Nur Cahyati Wahyuni]

Kenali Informasi Penting di Internet: Digital Object Identifier, Journal Suggestion, dan Jurnal Predator

Masih dalam rangkaian acara Workshop Series on Digital Resources, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu, 14 Maret 2018 mengadakan workshop penggunaan jurnal elektronik dari IGroup, khususnya dalam memanfaatkan fitur dalam database online untuk mempermudah akademisi dalam menuliskan artikel ilmiahnya.

Ririana, perwakilan dari IGroup memberikan setidaknya tiga informasi yang di dalamnya berisi tips yang memudahkan pekerjaan penulis dalam mengirim naskah artikel ilmiah. Informasi tersebut antara lain kegunaan Digital Object Identifier (DOI), laman yang memudahkan penulis untuk memilih jurnal yang tepat untuk naskah artikel yang telah ditulis, dan yang terakhir adalah saran laman yang bisa membantu mengidentifikasi jurnal predator.

Pertama, Ririana melemparkan topik mengenai kegunaan DOI. Ia memudahkan penjelasannya dengan suatu contoh kasus, "Ketika artikel terbit di bulan Mei 2018, sedangkan sekarang baru bulan Maret (dan sudah ada versi onlinenya-red). Lalu apakah kita bisa mencantumkannya ke dalam referensi artikel kita? Tentu saja bisa jika artikel tersebut memiliki DOI". Menurut Riri, biasa beliau dipanggil, DOI menunjukkan bahwa artikel tersebut born digitally, belum ada versi print-nya, namun ada versi digitalnya. Dengan kata lain, DOI merupakan penanda suatu artikel yang diterbitkan secara digital, dan artikel tersebut bisa dicantumkan dalam referensi artikel ilmiah.

Hal kedua yang bisa dimanfaatkan secara online adalah ketika penulis menginginkan saran jurnal yang tepat untuk mengirim naskah artikel ilmiahnya. Ririana menunjukkan bahwa Springer memiliki fitur "Journal Suggestion" yang bisa diakses di journalsuggestion.springer.com. Hal ini bisa dilakukan dengan input judul, lalu masukkan satu paragraf isi naskah artikel penulis di bagian "manuscript text", lengkapi di bagian "refind your recommendation", lalu klik "suggest journal"

Tips yang terakhir dari Ririana yaitu penting untuk mewaspadai jurnal predator. Caranya, penulis bisa memanfaatkan salah satu laman di internet, thinkchecksubmit.org. Laman Web ini mampu membantu pengguna untuk mendeteksi jurnal predator dengan menyediakan daftar pertanyaan di bagian "check" yang keseluruhannya harus dijawab "yes" jika jurnal tersebut bukan jurnal predator.

Peserta menambahkan bahwa laman Beall’s List juga bisa digunakan untuk menambah informasi untuk mendeteksi jurnal predator. Ririana membenarkan hal tersebut, lalu menjelaskan bahwa laman-laman ini bukan suatu keharusan, namun merupakan laman penting yang membantu kita untuk mendeteksi jurnal predator. [Penulis: Ge Tilotama, Nur Cahyati]

Co-Working Space: Tantangan Baru Perpustakaan Kekinian

"Co-working space, merupakan satu alternatif bagi perpustakaan untuk berdamai dengan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup kekinian mahasiswa saat ini." Demikian disampaikan oleh Andang Ashari, ST., M.M, Director BPM & Global Business PT Infomedia Nusantara pada acara Seminar Nasional Perpustakaan UGM bertajuk "Perpustakaan di Era Pasca Disrupsi" yang diadakan di Ruang Seminar Perpustakaan UGM, Selasa 13 Maret 2018.

Ketiga pembicara pada seminar kali ini, Andang Ashari, Neila Ramdhani, dan Ida Fajar priyanto memiliki kata kunci yang sama yaitu teknologi. Teknologinya yang mempengaruhi perilaku dan menciptakan perubahan pada gaya hidup secara umum, dan gaya belajar. "Values, attitudes, dan choices adalah tiga hal yang menentukan perilaku," papar Dr. Neila Ramdhani (Dosen Psikologi UGM). Perilaku konsumen Perpustakaan, yaitu civitas academica dan masyarakat umum, yang mesti diperhatikan oleh Perpustakaan, bagaimana supaya perpustakaan sesuai dengan selera kekinian, sehingga konsumen tetap memerlukan jasa perpustakaan.

Tidak hanya itu, Drs. Ida Fajar Priyanto, M.A., Ph. D. (Staf Ahli Perpustakaan UGM) menyatakan bahwa perpustakaan mesti didesain, dikelola dengan cara baru, sesuai dengan cara teknologi informasi itu bekerja, serta cara konsumennya berperilaku. Pengajar di Sekolah Pascasarjana UGM ini menggunakan Kerangka Eksponensial untuk menjelaskan tahapan digitalisasi ini, yaitu Deceptive, Disruptive, Dematerialize, Demonetize, Democratize. Perpustakaan sudah mengalami seluruh tahapan tersebut, sehingga perubahan dunia analog menjadi digital yang mengubah tata kelola informasi dan orangnya telah menjadi kondisi normal baru.

Saran terbaik dari Andang, The Best CMO Digital Branding & Marketing Initiative on 5th BUMN Branding & Marketing Award Tahun 2017, yaitu Perpustakaan untuk memperkuat diri dengan pencitraan baru sebagai Co-Working Space. Lima kata kunci yang wajib dikembangkan adalah Collection, Connection, Collaboration, Coffee, dan Community.

Dalam sambutan dan pembukaan seminar ini, Nawang Purwanti menyatakan bahwa Era Disrupsi Teknologi bagi perpustakaan sudah dimulai dan mendekati era baru, yaitu New Normal era. Artinya, perpustakaan sudah berdamai dengan teknologi dan gaya hidup kekinian para penggunanya, untuk mencapai keseimbangan baru agar tidak tergerus zaman. Penciptaan Information Commons, Co-working Space, Remote Access bagi sumber informasi di Perpustakaan, merupakan bentuk nyatanya. Remote access atau akses perpustakaan dari luar kampus, menjadi jalan agar civitas academica dan publik, tetap berkunjung ke Perpustakaan versi Virtual untuk mengimbangi akses fisik. [Penulis: Nur Cahyati Wahyuni, Fadhilla]