Co-Working Space: Tantangan Baru Perpustakaan Kekinian

Co-working space, merupakan satu alternatif bagi perpustakaan untuk berdamai dengan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup kekinian mahasiswa saat ini.” Demikian disampaikan oleh Andang Ashari, ST., M.M, Director BPM & Global Business PT Infomedia Nusantara pada acara Seminar Nasional Perpustakaan UGM bertajuk “Perpustakaan di Era Pasca Disrupsi” yang diadakan di Ruang Seminar Perpustakaan UGM, Selasa 13 Maret 2018.

Ketiga pembicara pada seminar kali ini, Andang Ashari, Neila Ramdhani, dan Ida Fajar priyanto memiliki kata kunci yang sama yaitu teknologi. Teknologinya yang mempengaruhi perilaku dan menciptakan perubahan pada gaya hidup secara umum, dan gaya belajar. Values, attitudes, dan choices adalah tiga hal yang menentukan perilaku,” papar Dr. Neila Ramdhani (Dosen Psikologi UGM). Perilaku konsumen Perpustakaan, yaitu civitas academica dan masyarakat umum, yang mesti diperhatikan oleh Perpustakaan, bagaimana supaya perpustakaan sesuai dengan selera kekinian, sehingga konsumen tetap memerlukan jasa perpustakaan.

Tidak hanya itu, Drs. Ida Fajar Priyanto, M.A., Ph. D. (Staf Ahli Perpustakaan UGM) menyatakan bahwa perpustakaan mesti didesain, dikelola dengan cara baru, sesuai dengan cara teknologi informasi itu bekerja, serta cara konsumennya berperilaku. Pengajar di Sekolah Pascasarjana UGM ini menggunakan Kerangka Eksponensial untuk menjelaskan tahapan digitalisasi ini, yaitu Deceptive, Disruptive, Dematerialize, Demonetize, Democratize. Perpustakaan sudah mengalami seluruh tahapan tersebut, sehingga perubahan dunia analog menjadi digital yang mengubah tata kelola informasi dan orangnya telah menjadi kondisi normal baru.

Saran terbaik dari Andang, The Best CMO Digital Branding & Marketing Initiative on 5th BUMN Branding & Marketing Award Tahun 2017, yaitu Perpustakaan untuk memperkuat diri dengan pencitraan baru sebagai Co-Working Space. Lima kata kunci yang wajib dikembangkan adalah Collection, Connection, Collaboration, Coffee, dan Community.

Dalam sambutan dan pembukaan seminar ini, Nawang Purwanti menyatakan bahwa Era Disrupsi Teknologi bagi perpustakaan sudah dimulai dan mendekati era baru, yaitu New Normal era. Artinya, perpustakaan sudah berdamai dengan teknologi dan gaya hidup kekinian para penggunanya, untuk mencapai keseimbangan baru agar tidak tergerus zaman. Penciptaan Information Commons, Co-working Space, Remote Access bagi sumber informasi di Perpustakaan, merupakan bentuk nyatanya. Remote access atau akses perpustakaan dari luar kampus, menjadi jalan agar civitas academica dan publik, tetap berkunjung ke Perpustakaan versi Virtual untuk mengimbangi akses fisik. [Penulis: Nur Cahyati Wahyuni, Fadhilla]

Leave A Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.